Yatim Piatu Dhuafa Tuna Netra

..... Assalamu'alaikum Wr. Wb. ... SELAMAT DATANG di Yayasan TABUNGAN SURGA sebagai Tempat LADANG AMAL USAHA ANDA | Update Program : AYO MENJADI ORANG TUA ASUH TUNA NETRA| WAKAF PEMBANGUNAN LANTAI DUA TUNA NETRA ASRAMA PUTRI | ZAKAT INFAQ SEDEKAH DAN WAKAF | Rekening Bank Syariah Mandiri (BSM) 004 002 4082 a.n Tabungan Surga |


MANAGEMENT PERUSAHAAN BERNILAI ISLAMI -BJ-


BULLETIN
BAITUL JANNAH
"Berdakwah & Membangun Ekonomi Ummat"


KABAR dari SURGA
Zakat
Sedekah
Wakaf Tunai
Aqiqah
"Namaku Jaenal"
Management Perusahaan Bernilai Islami
From: Firman Sukmawirya

Manajemen modern yang berasal dari barat cenderung mengasingkan manusia dari manusia di sekitarnya. Manajemen modern juga menganggap tenaga kerja merupakan factor produksi belaka sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari kodratnya sebagai manusia sosial. Manajemen modern menghasilkan manusia-manusia yang bekerja sampai larut malam sehingga mempersulit untuk berkumpul dengan keluarga atau melaksanakan kehidupan sosial dengan masyarakat disekitarnya.
Melihat perkembangan tersebut, para pakar manajemen mencoba menggali dan mencari referensi-referensi konsep dan ide manajemen berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sumber-sumber Islam.

Menurut Prof. KH. Ali Yafie, dalam Islam manajemen dipandang sebagai perwujudan amalan sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama.

Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu kebenaran, kejujuran, keterbukaan dan keahlian. “Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal”. Ujar Ali Yafie.

manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tak “menganiaya” bawahan dan bawahan tak merugikan perusahaan. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan Ali adalah mengurangi atau tak memberikan hak bawahan.seyogyanya kesepakatan kerja dibuat unutk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan.

Mohammad Hidayat, seorang konsultan bisnis syariah, menekankan pentingnya unsur kejujuran dan kepercayaan dalam manajemen Islam. “Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan manajemen bisnisnya,” Nabi Muhammad SAW, lanjut Hidayat, mengelola dan mempertahankan kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya hubungan yang sesaat. “Salah satu kebiasaan nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi yang ditunjukan stafnya,” ujar Hidayat. Menurut Hidayat, manajemen Islam pun tak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi) berdasarkan suku, agama ata pun ras. “Nabi Muhammad SAW bahakan pernah bertransaksi bisnis dengan kaum yahudi, ini menunjukan Islam menganjurkan pluralitas dalam bisnis maupun manajemen,” tambahnya.

Hidayat mengungkapkan, ada empat pilar etika manajemen bisnis menurut Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Pertama, “Tauhid” yang berarti memandang bahwa segala asset dari transaksi bisnis yang terjadi di dunia adalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya.

Kedua, “adil”, artinya segala keputusan menyakngkut transaksi dengan lawan bisnis atau kesepakatan kerja harus dilandasi dengan “akad saling setuju” dengan system profit and lost sharing.


Pilar ketiga, “kehendak bebas” manajemen Islam mempersilakan umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi asas hukum ekonomi Islam, yaitu halal.

Keempat,“petanggung jawaban” semua keputusan seorang pimpinan harus dipertanggunjawabkan oleh yang bersangkutan.

Keempat pilar tersebut akan membentuk konsep etika manajemen yang fair/adil ketika melakukan kontrak-kontrak kerja dengan perusahaan lain atau pun antara pimpinan dengan bawahan.

HJM Anowar, konsultan manajemen internasional, melihat ciri manajemen Islam adalah amanah. “Jabatan merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah,” katanya.

Ciri lain manajemen Islami yang membedakan dari manajemen ala barat adalah seorang pimpinan dalam manajemen Islam harus bersikap lemah lembut terhadap bawahannya. Contoh kecil seorang manajer yang menerapkan kelembutan dalam hubungan kerja adalah selalu memberikan senyum ketika berpapasan dengan karyawan dan mengucapkan terima kasih ketika pekerjaannya sudah selesai. “Bukankah memberikan senyum salah satu bentuk ibadah dalam Islam,” Anowar.

Namun kelembutan tersebut tak lantas menghilangkan ketegasan dan disiplin. Jika karyawan tersebut melakukan kesalahan, tegakkan aturan. Penegakan aturan harus konsisten dan tak pilih kasih.

Untuk aspek keadilannya, Anowar menekankan pentingnya reward control dalam suatu hubungan kerja. “Islam mengajarkan kita harus bersyukur kepada manusia sebelum bersyukur kepada Alloh,” ujarnya. Artinya, seorang karyawan yang berprestasi tinggi mendapat penghargaan khusus. Bentuk penghargaan bukan hanya berupa materi, tapi juga berupa perhatian. Berapa diantara manajer yang ada di Indonesia yang mengetahui tanggal lahir karyawannya terdekat?

Penulis adalah Direktur Eksekutif TABUNGAN SURGA Foundation

& Pemerhati masalah Sosial





"Karena Zakat, Allah SWT mengangkat Derat Mereka & Kita semua"





Halaman